Selamat Datang Di

GUS GUN TAPANULI
http://www.gusguntapanuli.blogspot.com
Semoga bermanfaat
Powered By Blogger

Sabtu, 21 Mei 2011

Keanehan Hidup

Gus Gun Tapanuli Berwejang: Hidup ini aneh, kalau bukan aneh bukanlah hidup. Dikala bayi lahir ke muka bumi, penuh cucuran air mata, jeritan tangis menyeruak keheningan, di kala itu juga orang sekitar tersenyum dan tertawa. Dikala mayit tersenyum menghadap sang khalik, orang sekitarnya malah menangis sembari menitiskan air mata, air hidung dan air liur. Inilah realiti di alam sini.

Dikala iblis tercipta, semua yang ada tersenyum gembira, menyambut sang api yang akan membiaskan cahaya di sekitarnya. Namun tatkala Malaikat tercipta, Iblis malah merasa terhina. Bahkan tatkala Adam tercipta, iblis tersisih dari surga. Inilah realita di alam sana.

Dikala kemungkaran datang, kebajikan menyambutnya dengan tenang, namun tatkala kebajikan yang datang malah kemungkaran merasa stress terguncang goyang.

Lihatlah di jalan sana, tiada jalan yang lurus, ada kalanya belok ke kanan, ada kalanya belok ke kiri, ada kalanya naik ke atas dan ada kalanya turun ke bawah, ada pula yang berlika-liku tak menentu, namun selalu terarah dan berujung, ada yang mengarah ke jurang dan ada pula yang menuju ke puncak yang terjal. Tatakala jalan itu diluruskan, malah mengarah ke jurang dan ke gunung.

Budaya di zaman Adam hingga Isa Putra Maryam berbusana setengah telanjang, sejak Muhammad saw diutus menjadi Rasul terakhir budaya berbusaya telah menutup aurat, namun anehnya tatkala di abad modern ini orang-orang memakai budaya busana mirip budaya adam hingga Isa dengan ciri khas setengah telanjang malah dianggap modern dan tatkala orang-orang di abad modern ini memakai budaya dan busana syariat Muhammad malah dianggap kuno bin klasik. Aneh.

Sang bunda dengan susah payah memproduksi janin, mengandung 9 bulan 10 hari, melahirkan antara hidup dan mati, membesarkan anaknya dengan penuh pengorbanan. Namun tatkala sang anak telah dewasa dan sukses, malah sang bunda menjadi budak di rumah anaknya sendiri. Aneh.

Dulunya dia sang murid, proses waktu membuat sang murid melejit 10 langkah dari gurunya, sehingga tingkat pendidikan sang murid lebih tinggi dari sang gurunya, lalu oleh tuntutan zaman sang guru harus melanjutkan pendidikannya kearah yang lebih tinggi, situasi berbalik yang tadinya sang murid kini menjadi guru bagi sang gurunya, menjadi pemimpin bagi gurunya, menjadi atasan bagi gurunya, menjadi pengatur bagi gurunya, dsb. Aneh.

Dulunya gunung itu aku lihat rimbun, sedap dipandang mata, nikmat untuk tempat bernaung dari terik matahari yang panas menyengat. Kini gunung itu terlihat mati, mulus dan gersang, nyamukpun serasa enggan hinggap, telah bertahun-tahun rumputpun nyaris enggan tumbuh, bukan ditanami, malah diruntuhi dan tanahnya dijuali, tatkala gempa bumi malah menimpuk kaum dhu'afa'i, mengkuburi. Aneh. Kok tidak ditanami? Hingga kini tiada ditemukan jawaban yang pasti.

Dulu tanah ini subur, memakmuri orang-orang sekitarnya. Kini penuh lumpur, membanjiri rumah-rumah penduduk di sekitarnya, hingga kini belum ada solusi yang pasti, namun rakyat malah membingungi, pemimpin hanya menonton di depan layar kaca tanpa berfikir mau diapa? tetapi malah tersenyum dan tertawa huwahahahaa. Aneh tapi nyata.

Dulu guru di hormati, disanjungi, disegani dan dicontohi. Tetapi kini guru malah dibenci, tidak disukai, disindiri, disingkiri, dicurigai dan bahkan ada pula yang dikejar-kejari oleh muridnya sendiri, hingga masuk jeruji besi dan mati. Aneh.

Inilah realita hidup, aneh, kalau tak aneh memang tak hidup namanya. http://www.gusguntapanuli.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar